Monday, February 13, 2017

DIANTARA DUA PILIHAN

HANYA DUA PILIHAN 

Matius 12:22-30; Matius 5:9

“Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku ...” (Matius 12:30)

Bacaan Alkitab Setahun:
Bilangan 1-2


Tuhan Yesus mengusir setan. Namun, kaum Farisi menuduh Dia mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Mereka meniupkan isu bahwa Tuhan adalah antek Beelzebul. Rupanya, apa pun juga akan mereka lakukan demi menghalangi misi Kristus. Karena itu, Tuhan berkata, “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku”.

Tuhan tidak menyederhanakan masalah, atau melihatnya secara hitam-putih. Namun, Dia mau menegaskan bahwa di hadapan misi Kristus bagi dunia, hanya ada dua pilihan: mengusahakan yang baik bagi dunia (berarti berjalan bersama Kristus), atau menghalangi hadirnya hal-hal baik bagi dunia (berarti melawan misi Kristus). Kristus menghendaki agar damai hadir di bumi (Mat. 5:9). Maka, hanya ada dua pilihan: mendukung kehadiran damai di bumi, atau menghalanginya.

Ada amat banyak perbedaan: etnis, budaya, keyakinan, ideologi, dan seabreg lainnya. Perbedaan-perbedaan itu telah memicu banyak tindakan antidamai: menolak, menjauhi, meminggirkan, bahkan meniadakan sesama. Orang pun berpikir, semua perbedaan itulah pangkal ketidakdamaian.

Tetapi bagi para pecinta damai, perbedaan macam itu tak sedikit pun menjadi penghalang. Perbedaan bukanlah pangkal ketidakdamaian! Itu hanyalah dalih kesukaan mereka yang antidamai. Hadir-tidaknya damai tidak ditentukan oleh perbedaan macam itu, tetapi oleh sikap cinta damai, atau antidamai.

Maka, pertanyaan yang harus kita jawab adalah: Di manakah kita berdiri? Di antara para pecinta damai, atau di antara mereka yang antidamai?

DI HADAPAN SANG RAJA DAMAI DAN MISI-NYA BAGI DUNIA, HANYA ADA DUA PIHAK BERBEDA:
MEREKA YANG CINTA DAMAI, DAN MEREKA YANG ANTI DAMAI
 

Hadiah Dari Tuhan Saat Ulang Tahun

Pemberian Di Hari Ulang Tahun
Ketika saya mengingatkan Istri saya bahwa ulang tahunnya yang ke-29 sudah semakin dekat, ia berkata bahwa ia tidak menginginkan hadiah apa pun. Apa iya, pikir saya. Saya pun terus mendesaknya untuk ide hadiah baginya. Saat itulah ia mengatakan kepada saya bahwa ia ingin menyumbangkan uang yang semula akan kami keluarkan untuk merayakan hari ulang tahunnya.
Alkitab memanggil kita untuk memberi dengan sukarela—jangan dengan sedih hati atau karena paksaan—untuk mendukung pekerjaan Allah dan untuk menolong sesama (2 Kor. 9:7). Pemberian sukarela seperti ini sering kali menghasilkan sukacita bagi si pemberi. Ketika Raja Daud menyumbangkan harta pribadinya berupa emas dan perak untuk menolong pembangunan Bait Allah, banyak pejabat Israel mengikuti teladannya. Setelah mereka menyumbangkan tembaga, besi, batu permata, dan logam mulia, “mereka bersukacita karena kerelaan mereka masing-masing” (1 Taw. 29:9).
Sebagai bagian dari perayaan itu, Daud memuji Allah, sambil berkata, “Dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu” (ay.14). Daud bermaksud untuk menyatakan bahwa Allah memiliki segalanya. Mengingat hal ini akan membuat kita memberi dengan penuh semangat, karena kita hanyalah mengembalikan harta kita kepada pemiliknya yang sah, yaitu Allah sendiri.
Jika Anda berkesempatan untuk memberikan baik uang tunai, jasa, atau harta milik Anda untuk mendukung pelayanan di ladang Kristus, ujilah sikap Anda. Apakah Anda memberi dengan sukarela dan tanpa paksaan? Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.
Tuhan, Engkau mengasihi yang memberi dengan sukacita,
Yang dengan hati dan tangan terbuka,
hatiku agar senantiasa dipenuhi ucapan syukur atas
Mengalirkan berkatnya dengan melimpah, seperti sungai
Yang menyegarkan tanah sekitarnya. —Murray
Cara kita memberi lebih penting daripada jumlah yang kita berikan.