Sunday, March 12, 2017

Memahami Firman Yang Menyatu dijiwa

Yohanes 1:1  " Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah."

Tujuan dan maksud utama dari pasal ini adalah untuk meneguhkan iman kita kepada Kristus sebagai Anak Allah yang kekal, dan sebagai Mesias serta Juruselamat yang benar bagi dunia, agar kita menerima-Nya, bergantung kepada-Nya sebagai Nabi, Imam, dan Raja kita, serta menyerahkan diri kita untuk diatur, diajar, dan diselamatkan oleh-Nya.

 Untuk memenuhi tujuan ini, kita melihat di sini:
I. Kesaksian yang diberikan tentang Dia oleh penulis Injil ini sendiri sesuai dengan ilham yang didapatnya. Pada bagian awal, ia dengan indah memaparkan apa yang hendak dibuktikannya dalam kitabnya secara keseluruhan (ay. 1-5, 10-14, dan 16-18).
II. Kesaksian Yohanes Pembaptis tentang Dia (ay. 6-9 dan 15), tetapi secara paling lengkap dan khusus ayat 19-37.
III. Penyataan-Nya tentang diri-Nya sendiri kepada Andreas dan Petrus (ay. 38-42), juga kepada Filipus dan Natanael (ay. 43-51).
Keilahian Kristus (1:1-5)
Augustinus berkata (dalam de Civitate Dei [Kota Allah], lib. 10, cap.29) bahwa temannya, Simplisius, pernah bercerita kepadanya bahwa ia pernah mendengar seorang filsuf Platonis menyatakan bahwa ayat-ayat pertama dari Injil Yohanes ini pantas dituliskan dalam huruf emas. Francis Junius, seorang cendekiawan, dalam kesaksiannya tentang perjalanan hidupnya sendiri, bercerita bagaimana dia pada masa mudanya diracuni dengan berbagai gagasan yang dibuat dengan seenaknya mengenai agama, namun dengan anugerah Allah dia secara menakjubkan dibawa kembali ke jalan yang benar setelah secara kebetulan membaca ayat-ayat ini dalam Alkitab yang dengan sengaja ditaruh ayahnya di sebuah tempat yang akan dilaluinya. Ia berkata bahwa di dalam kitab itu ia melihat suatu keilahian yang begitu jelas dinyatakan, serta kuasa dan keagungan yang begitu besar dalam gaya penulisannya, sehingga tubuhnya gemetar dan ia terkesima karena begitu takjubnya, sampai-sampai sepanjang hari ia hampir tidak tahu lagi di mana ia berada atau apa yang sedang dikerjakannya. Dari saat itulah ia memulai kehidupan barunya yang religius. Marilah kita selidiki apa gerangan yang terdapat di dalam baris-baris yang begitu penuh daya kekuatan itu. Penulis Injil ini di sini memaparkan kebenaran agung yang hendak dibuktikannya, bahwa Yesus Kristus adalah Allah, satu dengan Bapa. Perhatikanlah:
I. Tentang siapa ia berbicara -- Firman -- ho logos. Ini merupakan ungkapan khas yang hanya ditemukan dalam tulisan-tulisan Yohanes (1Yoh. 1:1; 5:7; Why. 19:13). Namun sebagian orang juga berpendapat bahwa yang dimaksud dengan Firman dalam Kisah Para Rasul 20:32, Ibrani 4:12, dan Lukas 1:2 adalah Kristus. Targum (yaitu terjemahan disertai tafsiran atas suatu bagian Perjanjian Lama dalam bahasa Aram -- pen.) sangat sering menyebut Mesias dengan Memra -- Firman Yehova, dan ketika mereka berbicara tentang banyak hal dalam Perjanjian Lama, mereka selalu menyamakan apa yang diperbuat Tuhan dengan apa yang diperbuat oleh Firman Tuhan. Bahkan orang-orang Yahudi dari kalangan rakyat jelata diajar bahwa Firman Allah itu sama dengan Allah. Penulis Injil ini, dalam bagian penutup perkataannya (ay. 18), dengan jelas memberitahukan kepada kita mengapa ia menyebut Kristus Firman -- karena Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya. Firman mempunyai pengertian ganda: logos endiathetos -- firman yang dipikirkan dan logos prophorikos -- firman yang diucapkan. Logos ho esō dan ho exō, ratio dan oratio -- pikiran dan ucapan.
. Ada firman yang dipikirkan, yang menghasilkan buah pikiran, yang merupakan hasil pemikiran yang pertama dan satu-satunya yang hanya langsung dibuahkan oleh jiwa (jiwa melakukan segala kegiatannya dengan pikiran), dan pikiran itu menyatu dengan jiwa. Dengan demikian, tepatlah jika pribadi kedua dari Allah Tritunggal disebut sebagai Firman, sebab Ia adalah Anak Tunggal Bapa, Hikmat dasar dan kekal yang dimiliki Tuhan, seperti halnya jiwa memiliki pikiran, pada permulaan pekerjaan-Nya (Ams. 8:22). Tidak ada hal lain yang bisa kita yakini dengan lebih mantap selain daripada kenyataan bahwa kita berpikir, namun juga tidak ada hal lain yang lebih tidak kita pahami selain daripada pertanyaan bagaimana kita berpikir. Siapa yang bisa menunjukkan bagaimana pikiran dihasilkan dari dalam jiwa? Dengan demikian, bagaimana pikiran kekal dihasilkan dan dilahirkan tentu saja tanpa kesulitan boleh dipandang sebagai rahasia-rahasia agung keallahan, yang dasarnya tidak dapat kita selami, namun kedalamannya tetap bisa kita kagumi.
. Ada firman yang diucapkan, dan ini adalah perkataan, yang merupakan pertanda yang paling utama dan paling alami dari pikiran. Dengan demikian, Kristus adalah Firman, sebab dengan perantaraan-Nyalah Allah pada zaman akhir ini telah berbicara kepada kita (Ibr. 1:2), dan memerintahkan kita untuk mendengarkan-Nya (Mat. 17:5). Ia telah memberitahukan pikiran Allah kepada kita, sama seperti perkataan atau ucapan seseorang memberitahukan pikiran-pikirannya, sejauh yang dikehendakinya, dan tidak lebih daripada itu. Kristus disebut sebagai seorang kudus yang berbicara (lihat catatan dalam Dan. 8:13), seorang yang membicarakan hal-hal yang tersembunyi dan ajaib. Ia adalah Firman yang berbicara dari Allah kepada kita, dan kepada Allah bagi kita. Yohanes Pembaptis adalah suara, tetapi Kristus adalah Firman. Oleh karena Dia adalah Firman, maka Dia adalah Kebenaran, Amin, Saksi yang setia dari pikiran Allah.
II. Apa yang dikatakan sang penulis Injil ini tentang Kristus sudah cukup membuktikan secara mutlak dan tanpa bisa dibantah lagi bahwa Dia adalah Allah.

Penulis Injil ini menegaskan:
. Keberadaan-Nya pada awal mulanya: Pada mulanya adalah Firman. Hal ini berbicara tentang keberadaan-Nya bukan hanya sebelum Ia menjelma menjadi manusia melainkan juga sebelum segala waktu. Pada permulaan waktu, ketika semua makhluk diciptakan dan dijadikan, Firman kekal ini sudah ada. Dunia ada dari awal mula, tetapi Firman ada di dalam awal mula. Kekekalan biasanya diungkapkan dengan keberadaan sebelum dunia dijadikan. Kekekalan Allah juga digambarkan demikian (Mzm. 90:2), sebelum gunung-gunung dilahirkan; begitu pula dalam Amsal 8:23. Firman sudah ada sebelum awal mula dunia. Ia pada awal mulanya tidak pernah mulai ada, dan karena itu Ia selalu ada, achronos -- tanpa permulaan waktu, begitulah menurut Nonnus.
. Keberadaan-Nya yang bersama-sama dengan Bapa: Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Janganlah ada orang yang berkata bahwa ketika kita mengundang mereka kepada Kristus, kita menjauhkan mereka dari Allah, sebab Kristus bersama-sama dengan Allah dan Ia adalah Allah. Hal ini diulangi lagi dalam ayat 2: Ia, yang kita percayai dan beritakan, pada mulanya bersama-sama dengan Allah, yaitu bahwa, Ia bersama-sama dengan Allah sejak dari kekekalan. Pada mulanya dunia berasal dari Allah, sebab dunia diciptakan oleh-Nya; Tetapi Firman berada bersama-sama dengan Allah, senantiasa bersama-Nya.

Firman itu bersama-sama dengan Allah:
(1) Dalam hal hakikat dan substansi (sifat yang hakiki), sebab Firman itu adalah Allah. Ia merupakan suatu pribadi atau substansi tersendiri, sebab Ia bersama-sama dengan Allah. Namun demikian, dalam hal subtansi atau sifat hakiki, Ia sama dengan Allah, sebab Ia adalah Allah (Ibr. 1:3).
(2) Dalam hal kepuasan dan kebahagiaan. Ada kemuliaan dan kebahagiaan yang dimiliki Kristus bersama-sama dengan Allah sebelum dunia ada (17:5). Sang Anak menikmati kebahagiaan-Nya dengan sempurna di pangkuan Bapa-Nya, dan Ia menjadi kesukaan Bapa-Nya, Anak kesayangan-Nya (Ams. 8:30).
(3) Dalam hal kebijaksanaan dan rancangan. Rahasia penebusan manusia yang dilaksanakan oleh Firman yang menjelma ini tersembunyi di dalam Allah sebelum segala sesuatu diciptakan (Ef. 3:9). Ia yang membawa kita kepada Allah (1Ptr. 3:18), Ia sendiri sudah bersama-sama dengan Allah sejak dari kekekalan. Dengan demikian, perkara agung mengenai pendamaian manusia dengan Allah ini dilaksanakan atas mufakat antara Bapa dan Anak sejak dari kekekalan, dan di dalamnya mereka memahami satu sama lain dengan sempurna (Za. 6:13; Mat. 11:27). Ia ada serta-Nya sebagai Anak kesayangan untuk melaksanakan tugas ini (Ams. 8:30). Ia bersama-sama dengan Allah, dan oleh karena itu Ia dikatakan lahir dari Bapa.

. Tugas-Nya dalam menciptakan dunia (ay. 3).
Di sini hal tersebut:
(1) Dinyatakan dengan tegas: Segala sesuatu dijadikan oleh Dia. Ia bersama-sama dengan Allah, tidak hanya bersama-sama dengan Dia sehingga Ia mengenal kebijaksanaan-kebijaksanaan ilahi sejak dari kekekalan, tetapi juga turut berperan dalam pekerjaan-pekerjaan ilahi pada permulaan waktu. Aku ada serta-Nya (Ams. 8:30). Allah menciptakan dunia dengan firman (Mzm. 33:6) dan Kristus adalah Firman itu. Oleh Dialah, bukan sebagai alat yang lebih rendah melainkan sebagai rekan pelaku yang sederajat, Allah menjadikan alam semesta (Ibr. 1:2), dan bukan seperti tukang yang memotong kayu dengan kampaknya melainkan seperti tubuh yang melihat dengan matanya.
(2) Hal yang sebaliknya disangkal: Tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan, mulai dari malaikat yang paling tinggi sampai pada cacing yang paling hina. Allah Bapa tidak melakukan hal apa pun tanpa Dia dalam pekerjaan penciptaan itu.
Sekarang perhatikanlah:
[1] Hal ini membuktikan bahwa Ia adalah Allah, sebab Ia yang membangun segala sesuatu ialah Allah (Ibr. 3:4). Allah Israel sering kali membuktikan diri-Nya sebagai Allah dengan mengatakan hal ini, bahwa Ia menjadikan segala sesuatu (Yes. 40:12, 28; 41:4; dan lihat Yer. 10:11-12).
[2] Hal ini membuktikan keunggulan agama Kristen, bahwa pencipta dan pendiri agama tersebut adalah Dia yang sama yang merupakan pencipta dan pendiri dunia. Pastilah, betapa unggulnya segala ajaran dan ketetapan agama tersebut, karena semuanya berasal dari Dia yang merupakan sumber dari segala keunggulan! Ketika kita menyembah Kristus, kita menyembah Dia yang kepada-Nya bapa-bapa leluhur orang Yahudi memberikan penghormatan sebagai Pencipta dunia, dan yang kepada-Nya semua makhluk ciptaan bergantung.
[3] Hal ini menunjukkan betapa Dia sangat memenuhi syarat untuk melaksanakan pekerjaan penebusan dan keselamatan kita. Pertolongan bagi kita itu diserahkan kepada Dia yang sungguh berkuasa, sebab pertolongan itu diserahkan kepada Dia yang menjadikan segala sesuatu. Dia yang ditunjuk sebagai pembawa kebahagiaan kita adalah juga pencipta keberadaan kita.
. Asal mula hidup dan terang yang ada dalam diri-Nya: Dalam Dia ada hidup (ay. 4). Hal ini lebih jauh membuktikan bahwa Dia adalah Allah, dan bahwa di dalam segala hal Ia memenuhi syarat untuk melakukan tugas-Nya, sebab:
(1) Ia mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri. Ia bukan hanya Allah yang benar melainkan juga Allah yang hidup. Allah adalah hidup. Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri ketika Ia berkata, "Demi Aku yang hidup."
(2) Segala makhluk mempunyai hidup mereka di dalam Dia. Bukan hanya semua bahan ciptaan dibuat oleh-Nya, melainkan juga semua hidup yang ada di dalam makhluk ciptaan berasal dari-Nya dan ditopang oleh-Nya. Firman Allahlah yang menghasilkan makhluk hidup yang berkeriapan (Kej. 1:20; Kis. 17:25). Dialah Firman yang dengan-Nya manusia hidup lebih daripada dengan roti (Mat. 4:4).
(3) Makhluk-makhluk yang berakal mempunyai terang dari-Nya. Hidup yang adalah terang manusia berasal dari-Nya. Hidup yang ada di dalam manusia merupakan sesuatu yang lebih besar dan lebih mulia daripada hidup yang ada di dalam makhluk-makhluk lain. Manusia bukan sekadar makhluk hewani, tetapi juga makhluk yang berakal budi. Ketika manusia menjadi jiwa yang hidup, hidupnya adalah terang, dan inilah kemampuan-kemampuannya yang membedakannya dari, serta memuliakannya di atas, binatang-binatang yang binasa. Roh manusia adalah pelita TUHAN, dan Firman yang kekallah yang menyalakan pelita ini. Terang akal budi, dan juga hidup indrawi, berasal dari-Nya dan bergantung kepada-Nya. Hal ini membuktikan bahwa Dia sungguh pantas melaksanakan pekerjaan bagi keselamatan kita, sebab hidup dan terang, yaitu hidup dan terang yang sifatnya rohani serta kekal, merupakan dua hal yang dibutuhkan oleh manusia yang jatuh, yang begitu diperbudak oleh kuasa maut dan kegelapan. Dari siapa lagi kita dapat mengharapkan terang pewahyuan ilahi yang lebih baik selain dari Dia yang memberi kita terang akal budi manusiawi? Dan kalau Allah sudah memberi kita hidup jasmani, dan bahwa hidup itu ada di dalam Anak-Nya, betapa kita harus dengan mudah menerima kesaksian Injil bahwa Ia telah memberi kita hidup kekal, dan bahwa hidup itu pun ada di dalam Anak-Nya!
. Penyataan mengenai Dia kepada anak-anak manusia. Mungkin di sini ada orang yang berkeberatan, bahwa jika Firman yang kekal ini sudah ada dan turut serta dalam semua penciptaan dunia seperti itu, mengapa Ia begitu sedikit diperhatikan dan dipedulikan? Untuk menanggapinya, penulis Injil ini menjawab (ay. 5), terang itu bercahaya, dan kegelapan itu tidak menguasainya (KJV: "Terang itu bercahaya, namun kegelapan itu tidak memahaminya" -- pen.).
Perhatikanlah:
(1) Penyingkapan Firman yang kekal kepada dunia yang hilang, bahkan sebelum Ia menjelma menjadi daging: Terang itu bercahaya di dalam kegelapan. Terang sudah terbukti dengan sendirinya, dan akan membuat dirinya diketahui semua orang. Terang ini, yang darinya terang manusia berasal, telah bercahaya dan akan terus bercahaya.
[1] Firman yang kekal, sebagai Allah, bercahaya di dalam kegelapan hati nurani yang duniawi. Walaupun manusia dengan kejatuhannya menjadi gelap, apa yang dapat diketahui tentang Allah dinyatakan kepada mereka (Rm. 1:19-20). Terang kodrati adalah terang yang bercahaya di dalam kegelapan ini. Secara bawaan seluruh umat manusia sadar akan sesuatu mengenai kuasa Firman ilahi, baik sebagai Firman yang menciptakan maupun yang memerintah. Kalau bukan karena terang ini, bumi akan menjadi neraka, tempat kegelapan yang sangat pekat. Namun terpujilah Allah, bumi belum menjadi tempat seperti itu.
[2] Firman yang kekal, sebagai Pengantara, bercahaya di dalam kegelapan perlambangan dan pertanda Perjanjian Lama, dalam berbagai nubuat dan janji tentang Mesias sejak dari awal. Dia yang telah memerintahkan terang dunia ini untuk bercahaya dari dalam kegelapan, Dia juga yang merupakan terang yang sudah lama bercahaya di dalam kegelapan. Ada selubung pada terang ini (2Kor. 3:13).
(2) Ketidakmampuan dunia yang sudah merosot untuk menerima penyingkapan tentang Firman kekal ini: Kegelapan itu tidak menguasainya (atau memahaminya, terjemahan KJV -- pen.). Sebagian besar umat manusia menerima anugerah Allah mengenai penyingkapan ini dengan sia-sia.
[1] Dunia umat manusia tidak memahami terang kodrati yang ada dalam akal budi mereka, karena itu pikiran mereka tentang Allah yang kekal dan Firman yang kekal (Rm. 1:21, 28) menjadi sia-sia. Kegelapan, kesalahan dan dosa sangat menguasai dan menutupi terang ini. Allah berfirman dengan satu dua cara, tetapi orang tidak memperhatikannya (Ayb. 33:14).
[2] Orang Yahudi, yang mempunyai terang Perjanjian Lama sekalipun, tidak memahami Kristus di dalamnya. Seperti halnya ada selubung pada wajah Musa, demikian pula ada selubung di dalam hati mereka. Dalam kegelapan berbagai pertanda dan bayang-bayang peristiwa yang dinubuatkan terang itu bercahaya. Akan tetapi, betapa gelapnya akal budi mereka itu sampai tidak bisa melihat terang itu. Oleh karena itu, Kristus harus datang, baik untuk meluruskan berbagai kesalahan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah maupun untuk membetulkan kebenaran-kebenaran jemaat Yahudi.