Apakah kita memiki Iman, bahwa Tuhan mendengar semua doa-doa kita ?
Salah satu kelemahan manusia adalah mempercayai apa yang dilihatnya,
sehingga setiap apa yang tidak terlihat pasti diragukan, termasuk doa
itu sendiri, seringkali dianggap sepele karena tidak kelihatan.
Jadi harus bagimanakah agar doa kita dikabulkan ? pastikan doa-doa kita
itu sesuatu yang baik, jangan seperti sang anak yang meminta pisau…. dan
perhatikan hidup kita apakah sudah layak dimata Tuhan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam berdoa :
1. Dosa dan kejahatan (Yesaya 59:1-2): “Sesungguhnya,
tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan
pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang
merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan
yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak
mendengar, ialah segala dosamu.”
Ketika kita hidup dalam kedagingan, dan bukannya dalam Roh, kita akan
menjadi malas berdoa dan kalaupun bisa berdoa, namun komunikasi dengan
Allah tidak lancar. Meskipun kita menerima natur baru ketika kita
dilahirkan kembali, natur baru itu masih berdiam dalam tubuh yang lama
dan “tenda” kita yang lama sudah korup dan berdosa. Daging dapat
mengambil alih kendali atas tindakan, sikap dan motivasi kita kecuali
kalau dengan rajin kita “mematikan perbuatan-perbuatan tubuh” (Roma
8:13) dan dipimpin oleh Roh dalam hubungan yang benar dengan Allah.
Hanya demikian kita akan mampu untuk berdoa dalam persekutuan yang dekat
dengan-Nya.
2. Menutup diri terhadap orang lemah (Amsal 21:13): “Siapa menutup telinganya bagi jeritan orang lemah, tidak akan menerima jawaban, kalau ia sendiri berseru-seru.”
Janganlah kita menutup telinga dan tidak peduli akan beban orang lain.
Belajar mendoakan beban orang lain. Kalau kita tidak perduli terhadap
kebutuhan orang lain, Allah bisa saja tidak mempedulikan doa kita.
Ketika kita menghampiri Allah dalam doa, perhatian utama kita haruslah
kehendak-Nya. Yang kedua adalah kebutuhan orang lain. Hal ini berasal
dari pemahaman bahwa kita harus mempertimbangkan orang lain lebih dari
diri sendiri dan memperhatikan kepentingan mereka melebihi kepentingan
kita sendiri (Filipi 2:3-4).
3. Tidak mengampuni sesama saudara (Markus 11:25): “Dan
jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang
sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di
sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.”
Ketika kita menolak mengampuni orang lain, akar kepahitan mulai
bertumbuh dalam hati kita dan mencekik doa-doa kita. Bagaimana kita
dapat berharap Allah mencurahkan berkat-Nya atas kita, orang berdosa
yang tidak layak, kalau kita menyimpan kebencian dan kepahitan terhadap
orang lain? Prinsip ini digambarkan secara indah dalam perumpamaan hamba
yang tidak mengampuni dalam Matius 18:23-35. Cerita ini mengajarkan
bahwa Allah telah mengampuni hutang kita yang tak terbayangkan besarnya
(dosa kita), dan Dia mengharapkan kita mengampuni orang lain sebagaimana
kita telah diampuni. Menolak melakukan itu akan menghalangi doa-doa
kita.
4. Keragu-raguan (Yakobus 1:6-7):
“Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang,
sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang
diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin. Orang yang demikian
janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan.”
Karena kita datang kepada Allah dengan keyakinan bahwa Dia akan
mengabulkan permohonan kita, bukan berarti Dia akan merasa wajib untuk
mengabulkan. Berdoa tanpa ragu artinya berdoa dalam keyakinan dan
pemahaman akan karakter, natur dan motif Allah. “Tetapi tanpa iman tidak
mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada
Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah
kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia” (Ibrani 11:6). Ketika
kita menghampiri Allah dalam doa, meragukan karakter, tujuan dan
janji-janji-Nya berarti kita amat menghina Dia. Keyakinan kita haruslah
pada kesanggupan-Nya mengabulkan semua permohonan yang sesuai dengan
kehendak dan tujuan-Nya dalam hidup kita. Kita harus berdoa dengan
pemahaman bahwa dalam situasi terburuk pun itu adalah scenario Tuhan
yang paling baik.
Kesimpulan :
Tahukah kamu, ada seorang anak yang begitu kangen akan quiche (makanan
perancis, seperti pie) yang biasa dibuat bersama-sama temannya. Namun
sekarang karena dia sedang studi ditempat lain (dan home sick…) dia
hanya bisa berdoa agar Tuhan memberikan damai sejahtera.
Pada suatu waktu, ketika istirahat siang… ada konsumsi yang diberikan
oleh orang gereja. Dan konsumsi tersebut adalah quiche! Pada saat itu
air matanya mengalir, dan berkata dalam hati betapa baik dan besar
kuasanya Tuhan. Dari hal-hal sekecil apa pun Tuhan perhatikan. Makanan
ini hampir tidak ada yang menjual entah bagaimana caranya Tuhan bisa
membawakan untuk dirinya.
(Luk 15:11-32) Sesungguhnya Tuhan selalu mendengar doa-doa kita, hanya
kitalah yang suka berpikir seperti anak sulung yang merasa : “Tuhan
kenapa si bungsu diberi lebih, padahal dia telah jauh daripada engkau”
Tapi jawab Tuhan : “segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu, Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.”
Jadi, mari bangun kembali mezbah doa kita, bangun kembali manusia roh
kita jangan menjadi orang Kristen yang "aktivitas diluarnya" banyak,
tetapi ketika diminta “didalam” yaitu dalam rohnya ternyata tidak ada
apa-apanya. Beranikan diri untuk berdoa di komsel, bawa Firman, ajak
teman-teman beribadah, dan bersukacitalah ketika teman yang telah hilang ditemukan kembali.
No comments:
Post a Comment